BAB I
PENDAHULUAN
1.1. SEJARAH BERDIRINYA PJB UBP TALANG DUKU
Sejarah PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) berawal ketika Perusahaan listrik dan Gas dibentuk pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka. Di tahun 1965, Perusahaan Listrik Negara dipisah dari Perusahan Gas Negara. Pada tahun 1972, PLN menjadi Badan Usaha milik Negara dengan status Perusahaan Umum. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1982, restrukturisasi di mulai di Jawa-Bali dengan pemisahan unit sesuai fungsinya, yaitu Unit PLN Distribusi dan Unit PLN Pembangkitan dan Penyaluran.
Pada tahun 1994, status PLN diubah menjadi Persero. Setahun kemudian, dilakukan restrukturisasi di dalam PT. PLN (Persero) dengan membentuk dua anak perusahaan di bidang pembangkitan. Restrukturisasi tersebut bertujuan memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban. Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II, atau yang lebih dikenal dengan nama PLN PJB II berdiri. Tujuan utama dibentuknya anak perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan yang bermutu tinggi serta handal berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dan efisien.
Seiring dengan pengembangan strategi usaha, pada tahun 2000, PLN PJB II melakukan penyempurnaan organisasi dan mengubah nama menjadi PT. Pembangkitan Jawa-Bali. Saat ini, PT. PJB memiliki 8 unit pembangkit dengan kapasitas terpasang 6.526 MW dan aset setara kurang lebih Rp 41,5 triliun. Didukung 2.203 karyawan, PJB telah berkembang menjadi produsen energi listrik kelas dunia. Kapasitas, mutu, kehandalan dan layanan yang diberikan mampu memenuhi standar internasional.
Organisasi Unit Bisnis Pembangkitan Talang Duku merupakan salah satu unit pembangkitan terbaru milik PT. PJB yang terletak di wilayah Sumatera bagian Selatan, PLTG Talang Duku mempunyai kapasitas terpasang 35 MW. Pembangunan Pusat listrik Tenaga Gas ini merupakan salah satu upaya dalam mengatasi defisit energi listrik pada sistem Sumatera Bagian Selatan, khususnya di sistem kelistrikan Sumsel-Lampung-Bengkulu. Dalam berproduksi, PLTG Talang Duku memanfaatkan gas glare, yaitu gas ikutan sisa hasil pengeboran minyak atau gas. Hal ini merupakan yang pertama bagi bidang usaha pembangkitan listrik, sehingga memposisikan PJB sebagai pelopor pemanfaatan gas glare untuk pembangkitan komersial di Indonesia.
Pembangunan PLTG talang Duku dilakukan dalam 2 tahap. Tahap I : PLTG Daur Tunggal (Open Cycle) relokasi bekas PLTG Gresik berkapasitas 1x20 MW dan selesai dibangun pada bulan oktober 2003 dan beroperasi secara komersial sejak 1 November 2003 dan masuk dalam sistem transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV di Sumatera Bagian Selatan. Tahap II : PLTG Baru Daur Ulang (Open Cycle) dengan kapasitas 1x13,9 MW dan mulai beroperasi secara komersial sejak awal November 2004 dan diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 November 2004. Alamat : Jalan Raya Palembang Sekayu Km. 80 Desa Teluk Kijing III Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan, Telp : (62-81) 367667057, Fax: (62-711) 893204
1.3. TUJUAN BERDIRINYA PJB UBP TALANG DUKU
Adapun tujuan berdirinya PJB UBP Talang Duku, antara lain:
a. Menjadikan PT. PJB sebagai perusahaan publik yang maju dan dinamis dalam bidang pembangkitan tenaga listrik;
b. Memberikan hasil yang terbaik kepada pemegang saham, pegawai, pelanggan pemasok, pemerintah dan masyarakat serta lingkungannya;
c. Memenuhi tuntunan pasar.
BAB II
TEORI TURBIN GAS
2.1. PENDAHULUAN
Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas sebagai fluida kerja. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik berupa putaran yang menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang berputar disebut rotor atau roda turbin dan bagian turbin yang diam disebut stator atau rumah turbin. Rotor memutar poros daya yang menggerakkan beban (generator listrik, pompa, kompresor atau yang lainnya).
Turbin gas merupakan salah satu komponen dari suatu sistem turbin gas. Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas.
Menurut Dr. J. T. Retaliatta, sistim turbin gas ternyata sudah dikenal pada jaman “Hero of Alexanderia”. Disain pertama turbin gas dibuat oleh John Barber seorang Inggris pada tahun 1791. Sistem tersebut bekerja dengan gas hasil pembakaran batu bara, kayu atau minyak, kompresornya digerakkan oleh turbin dengan perantaraan rantai roda gigi. Pada tahun 1872, Dr. F. Stolze merancang sistem turbin gas yang menggunakan kompresor aksial bertingkat ganda yang digerakkan langsung oleh turbin reaksi tingkat ganda. Tahun 1908, sesuai dengan konsepsi H. Holzworth, dibuat suatu sistem turbin gas yang mencoba menggunakan proses pembakaran pada volume konstan. Tetapi usaha tersebut dihentikan karena terbentur pada masalah konstruksi ruang bakar dan tekanan gas pembakaran yang berubah sesuai beban. Tahun 1904, “Societe des Turbomoteurs” di Paris membuat suatu sistem turbin gas yang konstruksinya berdasarkan disain Armengaud dan Lemate yang menggunakan bahan bakar cair. Temperatur gas pembakaran yang masuk sekitar 450oC dengan tekanan 45 atm dan kompresornya langsung digerakkan oleh turbin.
Selanjutnya, perkembangan sistem turbin gas berjalan lambat hingga pada tahun 1935 sistem turbin gas mengalami perkembangan yang pesat dimana diperoleh efisiensi sebesar lebih kurang 15 %. Pesawat pancar gas yang pertama diselesaikan oleh “British Thomson Houston Co” pada tahun 1937 sesuai dengan konsepsi Frank Whittle (tahun 1930).
Saat ini sistem turbin gas telah banyak diterapkan untuk berbagai keperluan seperti mesin penggerak generator listrik, mesin industri, pesawat terbang dan lainnya. Sistem turbin gas dapat dipasang dengan cepat dan biaya investasi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan instalasi turbin uap dan motor diesel untuk pusat tenaga listrik.
2.2. PRINSIP KERJA SISTEM TURBIN GAS
Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet). Kompresor ini berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, akibatnya temperature udara juga meningkat. Kemudian udara yang telah dikompresi ini masuk kedalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar disemprotkan bahan bakar sehingga bercampur dengan udara tadi dan menyebabkan proses pembakaran. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan memutar beban lainnya seperti generator listrik. Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang (exhaust).
Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistim turbin gas adalah sebagai berikut :
1. Pemampatan (compression) udara di hisap dan dimampatkan;
2. Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar dengan udara kemudian di bakar;
3. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke luar melalui nozel (nozzle);
4. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran pembuangan.
Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugian-kerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada menurunnya performansi turbin gas itu sendiri. Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas. Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:
1. Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (pressure losses) di ruang bakar;
2. Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan angin;
3. Berubahnya nilai CP dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja;
4. Adanya mechanical loss, dsb.
Untuk memperkecil kerugian ini hal yang dapat kita lakukan antara lain dengan perawatan (maintanance) yang teratur atau dengan memodifikasi peralatan yang ada.
2.3. KLASIFIKASI TURBIN GAS DI PT.PJB UBP TALANG DUKU
2.3.1. Umum
Tipe : Alsthom MP 5100
Daya terpasang : Base 20100 KW, Peak
21650 KW
Putaran : 5100 / 3000 Rpm
Suhu Gas Bekas : Base 952º F, Peak 975º F
Bahan Bakar : Gas
Minyak pelumas : Turbo 27
Sistem Control : Speedtronic
2.3.2. Peralatan Utama
1. Compressor
Tipe / Jenis : Axial Flow
Jumlah Tingkat : 17
Putaran : 5100 Rpm
P2 / P1 : 1/10
2. Turbine
Tipe / Jenis : Turbin Impuls
Jumlah Tingkat : 2
Putaran : 5100 Rpm
3. Diesel
Tipe : Detroit 12 V 71 N
Jumlah Cylinder : 12
Cycle : 2
Speed Rating : 2300 Rpm
Jumlah Bearing : 7
Putaran idel : 600 ± 100 Rpm
Minyak Pelumas : Rotella 30 Shell Oil
4. Pembakaran
Jumlah Ruang Bakar : 10 buah
Tipe : Combustion Liner
Temperatur : 943º F
Fuel Nozzle, jumlah : 10 buah
Sistem Pengabutan : Atomizing Air
Tipe : Maado
Penyalaan Pertama : Spark Plug ( Busi )
Pendeteksi Nyala Api : Ultra Violet
Jumlah Deteksi Nyala Api : 2 buah
5. Sistem Bearing (bantalan)
Axial Bearing : No. 3 (sisi belakang Load
Gear)
Journal Bearing : No. 1 (sisi masuk
Compressor)
No.2 (sisi belakang
Turbine)
No.3 (Load Gear sisi
Depan)
No. 4 (Exciter Generator)
Sistem Pelumasan : Pressurize Lubricated
2.3.3. Peralatan Bantu
1. Kopling Diesel / Diesel Compressor
Tipe : Cakar (Claw)
Lepas Pada Putaran : 3250 Rpm
2. Perubahan Momen Hydraulis (Torque Converter)
Tipe : Twin Disc 4SGE – 2015-1
Perbandingan Kecepatan : 0,974 / 1,00
(Starter / Gas Turbine)
2.3.4. System Hydraulic
1. Hydraulic Ratchet (Pemutar Poros Hydraulis)
Langkah Kerja : Setiap 3’ sekali / 5”
2. Ratchet Pump
Kapasitas : 1,5 Galon per menit
Tekanan : 1500 Psig
2.3.5. Sistem Pelumas
1. Main Lube Oil Pump
Tipe : A positive displasemen
Penggerak : Accessory Gear
Tekanan : 65 Psig
Kapasitas : 460 Galon per menit
2. Pendingin Minyak Pelumas
Jumlah : 1 buah
Aliran Air : 400 galon per menit
Panas Yang Diserap Oleh Air : 36000 BTU / menit
3. Emergency Lube Pump (pompa pelumas darurat)
Tipe : Pompa Centrifugal
Penggerak : Motor AC dan DC
Kapasitas : 250 galon per menit
Tekanan : 30 Psig
Putaran : 2950 Rpm
Kapasitas Motor AC : 10 HP, 3 phase, 220 /
380 V, 50 Hz
4. Lube Oil Filter ( Filter Minyak Pelumas)
Tipe : PL 718 – C A Huide
Hiloo
Jumlah : 2 buah
Delta P : 15 Psig
2.3.6. Sistem Udara Pengabut Dan Pendingin Air
1. Compressor Udara Pengabut Utama (Air Compressor)
Tipe : Roots Dresser
Industries Sppriacial Compressor
Digerakkan Oleh : Accessory Gear
Putaran : 6000 Rpm
2. Compressor Udara Pengabut Untuk start ( Booster Compressor)
Tipe : R 0075 – HIBON –
OIL Lubricated
Penggerak : Motor DC, 115 V, 40 A
Putaran : 2850 Rpm
Daya : 5,5 HP
3. Cooling Water Pump (Pompa Pendingin)
Tipe : Buffalo Forge CO
Digerakkan Oleh : Accessory Gear
Putaran : 3600 Rpm
Tekanan : 83,5 Psig
Kapasitas : 400 galon per menit
Daya : 28,4 HP
4. Cooling Air Fans (Kipas Udara Pendingin Ruang Turbin)
Daya : 7,5 HP
Putaran : 2950 Rpm
Tegangan : 380 V, 3 Phase, 50 Hz
Jumlah : 1 buah
BAB III
KOMPONEN TURBIN GAS
3.1. Air Inlet Section
Berfungsi untuk menyaring kotoran dan debu yang terbawa dalam udara sebelum masuk ke kompresor. Bagian ini terdiri dari:
1. Air Inlet Housing, merupakan tempat udara masuk dimana didalamnya terdapat peralatan pembersih udara.
2. Inertia Separator, berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau partikel yang terbawa bersama udara masuk.
3. Pre-Filter, merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada inlet house.
4. Main Filter, merupakan penyaring utama yang terdapat pada bagian dalam inlet house, udara yang telah melewati penyaring ini masuk ke dalam kompresor aksial.
5. Inlet Bellmouth, berfungsi untuk membagi udara agar merata pada saat memasuki ruang kompresor.
6. Inlet Guide Vane, merupakan blade yang berfungsi sebagai pengatur jumlah udara yang masuk agar sesuai dengan yang diperlukan.
3.2. Compressor Section
Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow compressor, berfungsi untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air section hingga bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi pembakaran dapat menghasilkan gas panas berkecepatan tinggi yang dapat menimbulkan daya output turbin yang besar. Aksial flow compressor terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Compressor Rotor Assembly
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada porosnya. Rotor ini memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan aliran udara secara aksial dari 1 atm menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun dari wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu-sudu yang disusun kosentris di sekeliling sumbu rotor.
2. Compressor Stator
Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari :
1. Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan udara masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet guide vane;
2. Forward Compressor Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat empat stage kompresor blade;
3. Aft Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat compressor blade tingkat 5-10;
4. Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi sebagai tempat keluarnya udara yang telah dikompresi. Pada bagian ini terdapat compressor blade tingkat 11 sampai 17.
3.3. Combution Section
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar dengan fluida kerja yang berupa udara bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Hasil pembakaran ini berupa energi panas yang diubah menjadi energi kinetik dengan mengarahkan udara panas tersebut ke transition pieces yang juga berfungsi sebagai nozzle. Fungsi dari keseluruhan sistem adalah untuk mensuplai energi panas ke siklus turbin.
Sistem pembakaran ini terdiri dari komponen-komponen berikut yang jumlahnya bervariasi tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas.
Komponen-komponen itu adalah :
1. Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya pencampuran antara udara yang telah dikompresi dengan bahan bakar yang masuk.
2. Combustion Liners, terdapat didalam combustion chamber yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pembakaran.
3. Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke dalam combustion liner.
4. Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga api ke dalam combustion chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar.
5. Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu turbin gas.
6. Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua combustion chamber.
7. Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses pembakaran terjadi.
Combustion chamber yang ada disusun kosentris mengelilingi aksial flow compressor dan disambungkan dengan keluaran kompresor udara dari aksial flow compressor yang dialirkan langsung ke masing-masing chambers. Zona pembakaran pada combustion chamber ada tiga yaitu:
1. Primary Zone, merupakan tempat dimana bahan bakar berdifusi dengan udara kompresor untuk membentuk campuran udara bahan bakar yang siap dibakar.
2. Secondary Zone, adalah zona penyempurnaan pembakaran sebagai kelanjutan pembakaran pada primary zone.
3. Dilution Zone, merupakan zona untuk mereduksi temperatur gas hasil pembakaran pada keadaan yang diinginkan pada saat masuk ke first stage nozzles.
Combustion liners didesain dengan satu seri lubang dan louvers yang ditempatkan didalam chambers. Digunakan untuk mencampurkan bahan udara dari kompresor dan bahan bakar dari nozel yang membakar campuran ini.
Fuel nozzle terdapat pada ujung combustion chamber dan masuk ke combustion liners. Fungsi dari fuel nozzle ini adalah untuk mengabutkan bahan bakar dan mengarahkannya ke reaction zone pada ruang bakar.
Transition piece terdapat antara combustion liners dan first stage nozzle. Alat ini digunakan untuk mengarahkan udara panas yang dihasilkan pada combustion section ke first stage nozzle.
Spark plugs terdapat pada bagian samping combustion chamber dan masuk ke combustion liners. Spark plugs berfungsi untuk menyulut campuran bahan bakar dan udara pada saat turbin gas star up. Pembakaran akan terus terjadi selama suplai bahan bakar dan udara terus berlangsung. Spark plugs terpasang pada sebuah pegas setelah proses pembakaran terjadi, tekanan yang dihasilkan meningkat dan akan memaksa plugs naik menuju casing dan mengeluarkan gas panas.
Cross fire tube berfungsi untuk menghubungkan semua combustion chamber. Tabung ini digunakan untuk mengirimkan pengapian dari satu combustion liners ke yang berikutnya selama start up
3.4. Turbin Section
Turbin section merupakan tempat terjadinya konversi energi kinetik menjadi energi mekanik yang digunakan sebagai penggerak kompresor aksial dan perlengkapan lainnya. Dari daya total yang dihasilkan kira-kira 60% digunakan untuk memutar kompresornya sendiri, dan sisanya digunakan untuk kerja yang dibutuhkan.
Komponen-komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
1. Turbin Rotor Case;
2. First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas ke first stage turbine wheel;
3. First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk mengkonversikan energi kinetik dari aliran udara yang berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran rotor;
4. Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk mengatur aliran gas panas ke second stage turbine wheel, sedangkan diafragma berfungsi untuk memisahkan kedua turbin wheel;
5. Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik yang masih cukup besar dari first stage turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor yang lebih besar.
3.5. Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran pembuangan gas panas sisa yang keluar dari turbin gas.
Exhaust section terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Exhaust Frame Assembly ( Kerangka Saluran Pembuangan);
2. Exhaust Diffuser Assembly (Saluran Pembuangan yang Panjang).
Exhaust gas keluar dari turbin gas melalui exhaust diffuser pada exhaust frame assembly, lalu mengalir ke exhaust plenum dan kemudian didifusikan dan dibuang ke atmosfir melalui exhaust stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur dengan exhaust thermocouple dimana hasil pengukuran ini digunakan juga untuk data pengontrolan temperatur dan proteksi temperatur trip. Pada exhaust area terdapat 18 buah termokopel yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan 6 buah untuk temperatur trip.
BAB IV
KELENGKAPAN MESIN
4.1. Starting Equipment
Berfungsi untuk melakukan start up sebelum turbin bekerja. Jenis-jenis starting equipment yang digunakan di PLTG UBP Talang Duku adalah Diesel Engine, (PG –9001A/B).
4.2. Coupling and Accessory Gear
Berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari poros yang bergerak ke poros yang akan digerakkan. Ada tiga jenis coupling yang digunakan, yaitu:
1. Jaw Cluth, menghubungkan starting turbin dengan accessory gear dan HP turbin rotor.
2. Accessory Gear Coupling, menghubungkan accessory gear dengan HP turbin rotor.
3. Load Coupling, menghubungkan LP turbin rotor dengan kompressor beban.
4.3. Fuel System (Sistem Bahan Bakar)
Bahan bakar yang digunakan berasal dari fuel gas system dengan tekanan sekitar 15 kg/cm2. Fuel gas yang digunakan sebagai bahan bakar harus bebas dari cairan kondensat dan partikel-partikel padat. Untuk mendapatkan kondisi tersebut diatas maka sistem ini dilengkapi dengan knock out drum yang berfungsi untuk memisahkan cairan-cairan yang masih terdapat pada fuel gas.
4.4. Lube Oil System (Sistem Pelumasan)
Lube oil system berfungsi untuk melakukan pelumasan secara kontinu pada setiap komponen sistem turbin gas. Lube oil disirkulasikan pada bagian-bagian utama turbin gas dan trush bearing juga untuk accessory gear dan yang lainnya. Lube oil system terdiri dari:
1. Oil Tank (Lube Oil Reservoir);
2. Oil Quantity;
3. Pompa;
4. Filter System;
5. Valving System;
6. Piping System;
7. Instrumen untuk oil.
Pada turbin gas terdapat tiga buah pompa yang digunakan untuk mensuplai lube oil guna keperluan lubrikasi, yaitu:
1. Main Lube Oil Pump, merupakan pompa utama yang digerakkan oleh HP shaft pada gear box yang mengatur tekanan discharge lube oil.
2. Auxilary Lube Oil Pump, merupakan pompa lube oil yang digerakkan oleh tenaga listrik, beroperasi apabila tekanan dari main pump turun.
3. Emergency Lube Oil Pump, merupakan pompa yang beroperasi jika kedua pompa diatas tidak mampu menyediakan lube oil.
4.5. Cooling System (Sistem Pendingin)
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan udara. Udara dipakai untuk mendinginkan berbagai komponen pada section dan bearing. Komponen-komponen utama dari cooling system adalah:
1. Off base Water Cooling Unit;
2. Lube Oil Cooler;
3. Main Cooling Water Pump;
4. Temperatur Regulation Valve;
5. Auxilary Water Pump;
6. Low Cooling Water Pressure Swich.
BAB V
PROSEDUR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN TURBIN GAS
5.1. LANGKAH AWAL PENGOPERASIAN
Prosedur yang harus dilakukan untuk mengoperasikan turbin gas sebagai langkah awal adalah :
1. Rachet, dilakukan dengan memutar turbin seperempat lingkaran dalam waktu satu menit secara terus menerus selama 10 hingga 12 jam untuk mendistribusikan massa rotor, meratakan pelumasan pada bearing dan journal shaft serta mencegah terjadinya pembengkokan.
2. Rubbing Check, pemutaran turbin gas sampai 1350 rpm, kemudian dimatikan.
3. Cranking, setelah turbin gas dimatikan saat rubbing check, kemudian turbin gas diputar 1200 rpm yang dilakukan selama 5 hingga 10 menit. Hal ini dilakukan untuk membersihkan turbin gas dan kompresor dari debu dan kotoran.
4. Fuel Gas Leak Check, putaran turbin dinaikkan kembali sampai 1850 rpm.
5. Flame Detector Check, putaran turbin diputar sampai 2000 rpm, kemudian spark plug dinyalakan maka saat itu proses pembakaran mulai terjadi.
6. Over Trip Test, apabila diberikan penambahan fuel gas maka otomatis putaran turbin gas meningkat hingga mencapai batas yang telah ditentukan.
7. Peak Load untuk, setelah itu turbin gas distart hingga mencapai putaran 5100 rpm. Kemudian turbin gas ini diberi beban secara bertahap hingga mencapai nilai mendekati maksimum, kemudian beban diturunkan setahap hingga mencapai batas yang diinginkan.
5.2. MAINTENANCE TURBIN GAS (PERAWATAN TURBIN GAS)
Maintenance adalah perawatan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan terlalu cepat terhadap semua peralatan di pabrik, baik yang sedang beroperasi maupun yang berfungsi sebagai suku cadang. Kerusakan yang timbul biasanya terjadi karena keausan dan ketuaan akibat pengoperasian yang terus-menerus, dan juga akibat langkah pengoperasian yang salah.
Maintenance pada turbin gas selalu tergantung dari faktor-faktor operasional dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah, karena operasional turbin gas sangat tergantung dari kondisi daerah operasional. Semua pabrik pembuat turbin gas telah menetapkan suatu ketetapan yang aman dalam pengoperasian sehingga turbin selalu dalam batas kondisi aman dan tepat waktu untuk melakukan maintenance.
Secara umum maintenance dapat dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya adalah :
5.2.1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah suatu kegiatan perawatan yang direncanakan baik itu secara rutin maupun periodik, karena apabila perawatan dilakukan tepat pada waktunya akan mengurangi down time dari peralatan. Preventive maintenance dibagi menjadi:
1. Running Maintenance, adalah suatu kegiatan perawatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk memperbaiki equipment yang rusak saja dalam satu unit. Unit produksi tetap melakukan kegiatan.
2. Turning Around Maintenance, adalah perawatan terhadap peralatan yang sengaja dihentikan pengoperasiannya.
5.2.2. Repair Maintenance
Repair Maintenance merupakan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang tidak kritis, atau disebut juga peralatan-peralatan yang tidak mengganggu jalannya operasi.
5.2.3. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance merupakan kegiatan monitor, menguji, dan mengukur peralatan-peralatan yang beroperasi dengan menentukan perubahan yang terjadi pada bagian utama, apakah peralatan tersebut berjalan dengan normal atau tidak.
5.2.4. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah perawatan yang dilakukan dengan memperbaiki perubahan kecil yang terjadi dalam disain, serta menambahkan komponen-komponen yang sesuai dan juga menambahkan material-material yang cocok.
5.2.5. Break Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan atau kelainan pada peralatan sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya.
5.2.6. Modification Maintenance.
Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan atau unit. Modifikasi bertujuan menambah kehandalan peralatan atau menambah tingkat produksi dan kualitas pekerjaan.
5.2.7. Shut Down Maintenance
Shut Down adalah kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang sengaja dihentikan pengoperasiannya. Shut down maintenance pada turbin gas terdiri dari Boroscope Inspection, Combustion Inspection, Hot Gas Path Ispection dan Major Inspection.
5.3. SHUT DOWN INSPECTION PADA TURBIN GAS
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada saat unit tersebut tidak dalam pengoperasian. Shut down inspection terdiri dari :
5.3.1. Combustion Inspection
Combustion Inspeksi merupakan shut down jangka pendek yang dibutuhkan untuk memeriksa nozzle tingkat pertama, combustion liner, transition piece dan cross fire tube. Komponen-komponen ini membutuhkan pemeriksaan secara berkala, karena kerja yang dilakukan oleh turbin gas bekerja terus menerus, sehingga sistem pembakaran yang buruk akan menyebabkan pendeknya umur dari komponen-komponen tersebut terutama bagian hilir seperti nozzle dan bucket turbin. Perawatan yang dilakukan pada waktu combustion dan inspection adalah pemeriksaan pada bagian ruang bakar, cross fire tube dan transition piece. Pemeriksaan pada catatan paking menunjukkan adanya gesekan, bagian atas dan bagian bawah dari diafragma dan bagian antara diameter horizontal dan vertikal. Pemeriksaan pada thermocople yang rusak, pada turbin bucket dan over plan secara visual, leading edge baik secara visual atau boroscape pada nozzle turbin tingkat pertama dan bucket tingkat pertama terhadap degradasi, pendapatan clearence. Pemeriksaan fuel nozzle terhadap pluging pada bagian tutup dan mencatat hasil pemeriksaan. Untuk melakukan inspeksi secara visual pada bagian rotating dan stationary pada compressor casing dan turbin casing tanpa mengangkat atau membongkarnya adalah memakai perangkat kerja dari borescope.
Bagian-bagian yang diinspeksi pada turbin gas adalah:
1. Turbin Section;
2. Axial Flow Compressor;
3. Combustion System.
Turbin section yang diinspeksi adalah :
1. Turbin Nozzle, untuk menginspeksi kerusakan bagian luar, korosi, gangguan pada lubang pendingin, retak dan sebagainya.
2. Turbin Bucket, untuk menginspeksi kerusakan bagian luar yang melepuh, retak, kelonggaran tempat buang dan lain-lain. Pada compressor section dilakukan inspeksi pada blade atau sudu-sudu tetap dan sudu gerak.
5.3.2. Hot Gas Path Inspection
Pemeriksaan pada daerah panas termasuk dalam combustion inspection, hanya saja dalam pemerikasaan ini dilakukan lebih terperinci lagi mulai dari nozzle hingga bucket turbin. Adapun komponen-komponen yang dibongkar dan diinspeksi antara lain :
1. Flame Detector;
2. Spring Position Spark Plug;
3. Combustion Chambers;
4. Cap and Liner Assembly;
5. Combustion Transition Piece Assembly;
6. Compressor Discharge and Frame Casing Assembly;
7. Support ring Assembly;
8. First Stage Nozzle;
9. Turbine Shell and Shoud Assembly;
10. Second Stage Nozzle.
Inspeksi dilakukan secara visual dan juga dilakukan secara non visual. Inspeksi secara visual dengan melihat perubahan yang terjadi pada komponen tanpa mata bantu, cukup dengan mata telanjang seperti perubahan warna, perubahan bentuk, keretakan dan lain-lain. Inspeksi non visual dilakukan dengan menggunakan alat bantu, seperti melihat keretakan bagian dalam suatu logam dengan mengunakan radiografi, ultrasonografi dan sebagainya.
Pemeriksaan komponen dilakukan dilapangan atau diruang perawatan, bahkan pemeriksaan dapat juga dilakukan diluar pabrik, seperti pemeriksaan struktur mikro marriage bold yang dilakukan di Singapura.
Inspeksi lainnya yaitu pemeriksaan clearance pada daerah sekitar first stage nozzle, second stage nozzle dan bucket turbin. Clearance yang diperiksa pada saat hot gas path inspection tidak boleh kurang atau lebih dari ukuran yang telah ditetapkan. Clearance yang terlalu besar akan mengurangi efisiensi turbin sedangkan clearance yang terlalu kecil akan berpengaruh pada keselamatan turbin walaupun efisiensi turbin semakin besar.
5.3.3. Major Inspection
Adapun pemeriksaan pada seluruh bagian utama turbin secara garis besar pemeriksaan ini dilakukan pada bagian-bagian :
1. Air Inlet Section;
2. Combustion Section;
3. Compressor Section;
4. Turbine Section;
5. Exhaust Section.
Pemeriksaan ini meliputi unsur dari combustion dan hot path inspection. Kegiatan yang dilakukan antara lain pemeriksaan keretakan sudu rotor dan stator. Clearence pada nozzle dan clearence pada compressor. Pengikat dan penyekat nozzle serta diafragma diperiksa dari kemungkinan adanya gesekan, pengerutan atau kerusakan yang disebabkan oleh panas. Kompresor dari guide inlet fane diperiksa dari kemungkinan adanya kotoran, pengikisan, karat dan kebocoran. Bantalan dari sheel (sekat) diperiksa clearencenya dan tingkat kehausan yang terjadi. Semua pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan oleh pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. PT. PLN PERSERO. 2003. Pengenalan PLTG. Surabaya: Unit Pendidikan dan Pelatihan Panduan
2. Inisiator Aceh Power Investment. Turbine gas
3. PT. PJB UBP Talang Duku. Spesfikasi PLTG Unit I Talang Duku
4. http://www.ptpjb.com
Read More..